Kamis, 13 November 2008

RESIKO LENTERA KEHIDUPAN

Seorang pria berlayar menyeberangi Selat Sunda dalam rangka mudik ke kampung halamannya. Ia mengalami mabuk laut yang parah dan mengurung diri dikamar. Hingga suatu malam ia mendengar teriakan, “Ada orang jatuh kelaut!”
Akan tetapi ia merasa bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk memberikan pertolongan, kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri yang tengah mengalami mabuk laut , “ Setidaknya saya dapat menaruh lentera pada tingkap disisi kapal ini!”.
Lalu ia berusaha berdiri dan menggantungkan lenteranya. Keesokan harinya dia mendengar bagaimana orang yang berhasil diselamatkan tersebut berkata, “Saya nyaris tenggelam ditengah gelapnya malam. Namun, pada saat yang tepat,ada seseorang menaruh sebuah lentera pada tingkap disisi kapal. Ketika lentera itu menyinari tangan saya, seorang pelaut yang ada disekoci penyelamat menangkap tangan saya dan menarik saya masuk kedalam sekocinya.”.

Ungkapan KH.Abdullah Gymnastiar tentang konsep 3M nya untuk mengubah diri dalam rangka mengubah dunia, yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil dan Mulai dari sekarang juga.
Hidup akan terasa lebih hidup dan lebih bermakna bukan karena hal-hal yang besar, melainkan dari hal-hal yang kecil yang dikerjakan dengan jiwa yang besar. Cahaya kehidupan abadi bukan tampak dari kemilau harta yang dimilikinya, bukan pula dari tingginya tahta kedudukan yang dipunyai seseorang atau deretan gelar yang disandang. Cahaya kehidupan abadi justru dimulai dari lentera kecil yang ada dari dalam diri yang menyala dengan ketulusan memberi pertolongan pada orang lain dalam segala kekurangan dan kecukupannya.
Lentera kehidupan tidak berarti selalu memberi kebaikan pada orang-orang yang baik dengan kita. Memberi pertolongan kepada orang yang sealiran,sepaham dan sependapat dengan kita adalah hal yang biasa. Tetapi, memberi pertolongan dengan dasar Ikhlas kepada orang-orang yang justru membenci kita, yang berbeda dan tidak sepaham dengan kita itulah yang merupakan nilai tertinggi dari lentera kehidupan tersebut.
Seorang bijak pernah berkata, “ Harta saya yang abadi itu adalah yang saya berikan kepada orang lain!”. Jadi harta yang kita miliki ini adalah titipan dan sebagian milik orang lain. Dan semua yang kita miliki tidak ada yang abadi.. Hidup ini adalah semata-mata menjadi saluran berkah bagi orang lain.
Hambatan utama dalam menyalakan lentera kehidupan justru datang dari diri sendiri yang tidak mau keluar (inside out) memperhatikan dan menolong orang lain.ORANG YANG MENAKLUKKAN ORANG LAI N ADALAH ORANG KUAT, DAN ORANG YANG MENAKLUKKAN DIRI SENDIRI ADALAH ORANG YANG BERKEKUATAN DAHSYAT.




Berbicara mengenai resiko, akan sendi-sendi kehidupan kita yang berjalan tanpa resiko. Tertawa berarti mengambil resiko kelihatan tolol,Menangis berarti mengambil resiko kelihatan sentimental, Mengulurkan tangan kepada orang lain berarti mengambil resiko terlibat.Menunjukkan perasaan berarti mengambil resiko menunjukkan diri sejati kita. Memberitahukan ide dan impian-impian kita didepan orang banyak berarti mengambil resiko kalah. Mengasihi berarti mengambil resiko tidak dikasihi. Hidup berarti mengambil resiko mati. Berharap berarti mengambil resiko putus asa. Mencoba berarti mengambil resiko gagal.
Keberanian mengambil resiko untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain, usaha, keluarga dan masyarakat merupakan awal yang baik untuk memulai hidup baru dengan menyalakan lentera kehidupan. Tidak dapat dibohongi begitu komitmen dibangun, maka pada saat bersamaan pula rasa takut mulai datang untuk menghambat komitmen tersebut. Berani berarti melawan rasa takut, menguasai rasa takut. Bukannya tidak merasa takut. Lebih baik mengambil resiko sekarang daripada selalu hidup dalam ketakutan.
Kehidupan yang paling menyedihkan adalah ketidak beranian mengambil resiko sekecil apapun (safety player). Orang yang tidak mau mengambil resiko berarti tidak dapat meraih apapun, tidak memiliki apapun, tidak merasakan apapun dan akhirnya tidak menjadi siapa-siapa. Ayo.. Nyalakanlah Lentera Kehidupan dengan resiko apapun, besok mungkin sudah terlambat dan padam.


Sumber: Half Full Half Empty (Parlindungan marpaung)

Tidak ada komentar: